Pages

Recent Posts

Thursday, January 23, 2014

Bandung City Light From Moko Hill

Masih dengan jalan-jalan nih cuy! Kali ini cerita jalan-jalannya ke sebuah bukit yang merupakan puncak tertinggi Bandung. BUKIT MOKO!!!

Nah, Bukit Moko ini jadi tujuan selanjutnya setelah kita puas jalan-jalan di Purwakarta. Masih dengan geng yang sama aku, Talitha, Kemal, Pipit, Puput, Yogi, Wowo, dan Toga. Berkunjung ke Moko ini udah yang kedua kalinya buat sebagian orang di geng. Yang pertama kali cuma Kemal, Yogi, dan Wowo. Ga banyak perbedaan antara kunjungan pertama dan kedua. Bukit Moko tetap indah dan tetap dengan rintangannya.

Pertama kali ke Bukit Moko bulan Oktober 2013 lalu, tepatnya tanggal 14. Waktu itu libur menjelang Idul Adha 1434 H. Ceritanya pada ga pulang ke rumah masing-masing nih. Jadilah aku, Talitha, Puput, Toga, dan Ifran berencana melewatkan libur kali ini ke Bukit Moko. Awalnya fix berlima nih (soalnya udah cukup dimuatan mobil Soluna-nya Puput). Panjang ceritanya, hingga akhirnya anggota geng bertamah satu, Nindi. Ber-enam dengan mobil Soluna menuju Bukit Moko, hm. Tengah malam, sekitar pukul 12.00 kita berangkat dari rumah Nindi (ceritanya jemput doi dulu).

Karena ini pertama kalinya ke Moko yang ga kebayang gimana dinginnya, kita bawa perlengkapan banyak banget (owe sih sebenernya hehe). Jaket, selimut, bantal, senter (sayangnya rusak sewaktu di Moko, jadi ga guna!), kamera Irfan, dan makanan. Awal-awal perjalanan masih menyenangkan dan tanpa hambatan. Hingga akhirnya berbagai macam tanjakan dan jalanan yang berbatu pun muncul, hm. Dan hambatan pun datang. Di sebuah tanjakan dekat tempat makan, Irfan menghentikan mobil dan bilang kalo mobil ga bisa naik. Kita pun keluar dari mobil, kecuali Irfan yang mencoba menaklukan tanjakan. Ga bisa, argh! Akhirnya coba dibantu dengan dorongan kita-kita. Tetap ga bisa juga :( Dan Irfan pun nyerah. Jadilah si empunya mobil yang mengendalikan si mobil, Puput. Dengan sedikit bantuan dorongan dari kita dan orang sekitar, Puput pun berhasil menaklukkan tanjakan ini. Yeaaahh!!!

Perjalanan berlanjut dengan si Puput mengendalikan stir. Rintangan pun belum usai, masih banyak tanjakan yang harus kami lewati dengan keadaan jalan yang berbatu. Sempat beberapa kali terdengar decitan dari gesekan bagian bawah mobil dengan aspal. Dalam perjalanan ini pun sudah terlihat gemerlap cahaya kota Bandung meski diselimuti kabut. Sempat nyasar juga karena agak bingung dan jalanan hanya bercahayakan lampu mobil. Akhirnya tinggal menaklukkan satu tanjakan lagi untuk sampai di puncak bukit. Karena ga memungkinkan untuk naik dengan mobil, kita pun jalan kaki. Dan fiuh! Kita pun berada di puncak Bukit Moko!

Nah, perjalanan yang kedua ini ga kalah serunya! Waktu itu di penghujung hari Rabu (8/1/13), sebelum berangkat ke Bukit Moko kita isi amunisi dulu di rumah Puput. Malam itu kita makan sayur sop dan telur negro ala chef Talitha sambil nonton debatnya Farhat Abbas vs Dewi Persik di tv hehe. Aku dan beberapa teman lainnya sempat tidur beberapa saat hingga akhirnya kita pun berangkat menuju TKP di tengah pergantian hari. Di perjalanan kali ini perlengkapan yang kita bawa ga serempong waktu itu. Cukup bawa jaket masing-masing dan selimut tentunya. Karena ini kedua kalinya ke Bukit Moko, jadi euforianya tidak semembara waktu pertama. Alhasil, aku banyak tidur di perjalanan hehe.

Aku sempat terbangun ketika mobil mulai menapaki tanjakan-tanjakan di daerah Cartil (Caringin Tilu, mungkin. Aku ga pernah hafal nama tempat wkwk). Sudah terlihat jelas cahaya kota Bandung, kali ini ga ada kabut yang menghalangi. Udah seneng banget karena jalanan ga berbatu lagi dan sebentar lagi bakal sampe di puncaknya. Tapi ternyata ga segampang itu :( Perjalanan kami terhalang oleh benda yang begitu besar (entah apa namanya) yang diletakkan di tengah jalan. Oh patah hati jadinya! </3 Padahal tinggal sedikit lagi kami sampai di puncak Bukit Moko. Akhirnya kita pun memutar arah dan mencari jalan lain. Jadi untuk menuju ke puncak Bukit Moko ini ada 3 jalan, lewat Bojong Koneng, Cimuncang, dan Padasuka. Dan tentunya owe ga tau kita lewat mana aja hehe. Sumpe! Owe sama sekali ga paham jalanan. Makanya owe ga bisa nih dilepas sendiri, entar nyasar wkwk.

Untuk mencari jalan ini kami dibantu dengan GPS dari smartphone-nya si Toga. Ya intinya sih kita canggih banget wkaka. Selama mencari jalan lain untuk ke puncak Bukit Moko, selama itu pula aku tidur hehe. Wajar keles kan udah lewat tengah malam banget tuh wkwk. Kali ini aku terbangun karena teman-teman pada berisik keluar dari mobil. Aku memutuskan untuk tetap di mobil melanjutkan tidur ceritanya. Tapi setelah sadar akan apa yang terjadi aku pustukan ikut keluar. Ternyata teman-teman keluar dari mobil bukan karena mobil ga bisa nanjak. Ban kanan bagian belakang mobil selip. Dan teman-teman turun untuk mendorong mobil. Sempat kaget banget dan ngerasa enak hehe. Berbagai cara dicoba, mulai dari didorong dan didongkrak. Hingga akhirnya stir diambil alih oleh Puput dan yang lain bantu mendorong mobil. Dan vioolaaa! Mobil pun bebas dari selipnya. Yee!

Kalo di perjalanan yang pertama kita turun dari mobil dan ke puncak Moko dengan jalan kaki, kali ini kita ke puncak Moko dengan mobil. Sempat deg-deg-an sih karena tanjakannya terjal dan berbatu. Tapi akhirnya kita berhasil melewati tanjakan ini dan sampai di puncak Bukit Moko. Yeaahh! Ternyata hanya kita pengunjung yang berhasil membawa mobil hingga ke puncak. Pengunjung lain yang membawa mobil, menginggalkan mobilnya di tempat tertentu karena ada penghalang yang ku ceritakan sebelumnya, dan mereka berjalan kaki hingga ke puncak. Fyi, mereka jalan jauh banget dan jalanan menangjak pula, salut deh.

Kesan pertama setelah sampai di puncak Bukit Moko itu leganya minta ampun. Dan tentunya ga sabar untuk langsung liat kilauan cahaya kota Bandung. Di puncak Bukit Moko ini terdapat sebuah warung, warung Daweung namanya. Di depan warung ini ada halaman yang cukup luas dan tersedia meja dan kursi batu serta beberapa saung kecil. Nah, di halaman inilah kita dan para pengunjung lain duduk santai menikmati indahnya kilauan cahaya kota Bandung. Sesekali kami menerka-nerka dimana jalan Soeta, dimana stadion Gede Bage, dimana Jatinangor, dan berbagai tempat lainnya. Dan tak lupa tentunya untuk mengabadikan momen ini.

Di kunjungan kedua ini cahaya kota Bandung tampak lebih banyak dan indah dibanding kunjungan sebelumnya. Kalau di kunjungan pertama kita harus menunggu kabut hilang hingga cahaya kota benar-benar tampak, di kunjungan kedua ini kami tak perlu menunggu. Langit begitu bersih tanpa kabut sungguh menambah keindahan kala itu. Hanya ada satu yang tak berbeda, udara dingin khas dataran tinggi.

Ga lupa juga mampir dan menghangatkan diri di warung Daweung. Di warung ini menjual berbagai makanan dan minuman. Kalo di kunjungan pertama aku ga sempat menyicipi makanan dan sibuk tidur karena ga kuat dingin dan begadang, kunjungan kedua ini aku dan beberapa teman menyantap pisang goreng dan ada juga yang menyatap indomie rebus.

Sewaktu pertama kali ke Bukit Moko bertepatan dengan Idul Adha 1434 H, hari Selasa 15 Oktober 2013. Jadi dari subuh sudah terdengar takbir berkumandang. Ditambah sunshine dari ufuk timur kota Bandung menambah keindahan pagi hari itu. Aku, Talitha, Nindi, Puput, Toga, dan Ifran duduk di halaman warung Daweung sembari mengabadikan momen indah itu meski dingin menusuk hingga ke tulang. Pagi itu terlihat jelas hamparan kebun sayur disebelah kiri kami dan pepohonan pinus yang mengitari Moko.

Sedangkan di hari Kamis 9 Januari 2014, pagi itu hanya kami sambut dengan lirikan sejenak pada matahari pagi dan kembali menenggelamkan kepala di selimut dalam mobil. Bahkan aku sebenarnya ga liat matahari pagi itu. Aku baru sadar ketika mobil berjalan yang menandakan kita akan pulang. Ku tengok sejenak ke jendela. Dan kutemukan kota Bandung yang diselimuti kabut, indah bukan main. Awalnya ku kira itu awan, tapi Moko bukanlah gunung, jadi mana mungkin awan, hm.

Bukit Moko menjadi penutup jalan-jalan yang indah sebelum pulang ke rumah masing-masing. Lain kali, kita jalan-jalan ke tempat yang lebih asyik lagi ya hahah.

Nah ini disini ada cuplikan yang owe bikin sewaktu ke Moko, 15 Oktober 2013. Enjoy!


0 Comments:

Post a Comment